Ketika kita memilih suatu profesi yang akan kita tekuni tentunya salah satu hal yang utama adalah kita mencintai serta mengerti betul tentang profesi tersebut, sehingga dalam menjalankan tugas kita selalu berpegang dalam koridor-koridor yang berlaku. Dalam semua profesi tentu ada kode etik yang berlaku seperti dalam dunia yang saya geluti sebagai pesepakbola. Salah satu contohnya adalah ketika dalam pertandingan yang tengah berjalan, seorang pemain lawan tergeletak karena cedera, maka walaupun saya memegang bola dengan berbesar hati saya harus menendang bola keluar agar pemain tersebut segera mendapat perawatan dan ketika bola kembali masuk ke lapangan tim lawan pun akan mengembalikan bola tersebut kepada saya. Inilah Fair play atau juga boleh kita sebut kode etik dalam sepak bola yang saya rasa kami para pelaku sepak bola faham betul sehingga akan terjadi secara otomatis di dalam lapangan..


Begitu juga dalam Dunia jurnalisme walaupun saya tidak begitu mengerti tentang seluk beluk dunia pers tersebut, akan tetapi saya sangat yakin bahwa ada kode-kode etik yang harus dipatuhi dan dijunjung tinggi oleh para pelaku pers itu sendiri. Selama karir saya sebagai pesepakbola profesional selama 9 tahun, selama itu juga saya berinteraksi dengan rekan-rekan pers baik di dalam maupun di luar negeri sehingga sedikit banyak saya tahu tentang cara pandang serta berpikir para insan pers walaupun 4 tahun terakhir saya mengurangi memberikan komentar kepada pers, bukan antipati memang, tapi tentunya saya melakukan itu karena ada alasan-alasan yang menurut saya benar. Memang tindakan saya ini menimbulkan konsekuensi negatif dengan di-cap-nya saya sebagai pesepakbola yang sombong atau tidak tau diri dan sejujurnya saya tidak ambil pusing dengan itu semua, sejauh saya tidak mengganggu dan merugikan orang lain..


Saya tidak ingin mengomentari dunia pers secara global, tetapi dalam hal ini saya mengomentari insan pers yang meliput dunia olahraga khususnya dunia saya, sepakbola. Menurut saya para wartawan kita hanya mengedepankan kepentingan dan keuntungan mereka tanpa memikirkan apakah mereka menyampaikan berita yang benar atau tidak. Malah terkadang mereka menulis berita yang terkesan telah terjadi interview kepada nara sumber, padahal pada kenyataannya tidak pernah terjadi pembicaraan antara penulis dengan nara sumber, sehingga tentu karena tidak terjadi interview maka berita yang ditulis tidak sesuai dengan kenyataan. Yang ingin saya garis bawahi apakah mereka tidak sadar bahwa tulisan mereka itu akan mampu membuat opini publik yang kuat dan terkadang merugikan nara sumber karena apa yang ditulis tidak sesuai dengan pendapat dari nara sumber. Pernah pada suatu ketika seseorang yang saya anggap abang saya, Mas Tris Irawan, ketika menjadi staf management Persija di Gresik pernah bertanya kepada saya kenapa saya terkesan susah dimintai komentar dan terkesan eksklusif kepada media..? ketika itu saya menjawab “Biarin aja mas wong saya ngga komentar aja mereka bisa nulis komen saya kok apalagi kalau saya komentar tho” dan kamipun tertawa bersama..


Dalam Media GO edisi No. 1373 Selasa 15 Januari 2008 halaman 23 terdapat kolom yang bernama “Celoteh”, di situ tertulis komentar saya tentang hasil pertandingan semi final Copa Djie Sam Soe melawan Persipura yana berjudul “Bukan Akhir Dari Segalanya”. Saya tidak menyangkal itu memang tulisan saya yang saya buat untuk para penggemar saya melalui situs pribadi saya www.bambangpamungkas20.com. Yang saya sayangkan adalah mengapa penulis tidak mencantumkan tulisan jika berita ini dikutip atau diambil dari website saya, sehingga tekesan saya menjadi koresponden Media GO dan tentu itu melanggar kode etik. Mengapa mereka bisa menulis suatu berita tentang Didier Drogba misalnya dengan disertakan dikutip dari website resmi Chelsea sedangkan tentang komentar saya tidak. Dan satu hal yang sangat “MENYEDIHKAN” adalah untuk sekedar mengcopy berita saja penulis tidak mampu sehingga apa yang mereka tulis tidak sesuai dengan apa yang terdapat dalam website saya karena ada beberapa paragraf yang penulis sengaja tambahkan dalam artikel tersebut. Terlepas dari itu terdapat satu kecerdikan dari penulis dengan tidak mencantumkan inisial penulis dalam artikel tersebut sehingga tulisan tersebut terkesan benar-benar tulisan saya..


Bagi siapapun Anda yang menulis artikel tersebut, sebuah pertanyaan yang simpel dari saya : Dimanakah etika dan sportifitas Anda sebagai orang yang bekerja dan mencintai profesi Anda..? Seharusnya Anda mempunyai tanggung jawab secara moral kepada masyarakat untuk memberikan berita yang benar dan sesuai kenyataan. Apa yang Anda lakukan membuktikan bahwa sebagai jurnalis Anda tidak kreatif. Sekarang memang era reformasi dan semua orang berhak berkomentar, akan tetapi sudah sepatutnyalah kita tetap menjaga koridor-koridor yang berlaku, semoga ini menjadi pertimbangan agar kedepan kita mampu untuk lebih saling menghormati, sehingga akan terjalin kerja sama yang lebih baik. Terima Kasih..