Momordica Charantia“.. Apakah itu…???
Saya yakin sebagian besar dari Anda kurang mengerti dengan bahasa yang tersebut di atas, asing dan aneh mungkin adalah bahasa yang lebih tepat. Sebenarnya setali tiga uang dengan diri saya pribadi, saya sendiri baru mengerti apa arti kata “Momordica Charantia” tidak lebih dari 3 menit yang lalu, akan tetapi saya yakin bahwa diantara Anda sekalian pasti ada yang menyukainya atau bahkan menjadikannya sebagai sesuatu yang favorit..


Kata di atas akan membuat kening kita berkerenyit dan mencoba menerka apakah gerangan benda itu, Momordica Charantia adalah nama latin dari salah satu jenis buah-buahan, buah yang kental dengan cita rasa pahit dan getir ini sangat populer di negara-negara Asia termasuk Indonesia. Di Thailand mereka menyebut buah ini Mara/Phakha, masyarakat Vietnam menyebutnya Muop Dang, Philiphine Ampalaya dll. Walaupun rasanya “menyakitkan” kalau tidak boleh dibilang tidak enak, buah ini banyak mengandung manfaat bagi kesehatan kita..


Buah Momordica Charanthia mentah sarat akan Saponin, Flavonoid dan Polifenol (Anti Oksidan Kuat), disamping itu buah ini juga mengandung unsur Glikosida cucurbitacin, Momordicin serta Charantin sehingga buah ini dapat digunakan sebagai obat. Antara lain berguna sebagai tonikum, obat cacing, obat batuk, anti malaria, diabetes sampai kepada salah satu alternatif penyembuh virus HIV AIDS..


Apa yang tercantum di atas adalah penjelasan tentang Momordica Charantia secara ilmiah, yang tentunya akan membuat kita sedikit membuka mata akan arti pentingnya buah ini bagi kesehatan manusia. Apa yang akan saya ceritakan di sini adalah sebuah kejadian, yang sempat membuat saya sedikit takut, menyesal, marah serta bahagia. Akan tetapi pada akhirnya saya mengingatnya sebagai salah satu cerita paling lucu dan unik dalam perjalanan hidup saya sampai saat ini he he he..


“Valkenberg,Kerkrade (Holand) 9 tahun yang lalu”..


Beginilah ceritanya..


Saya tinggal di sebuah apartement yang terdiri dari pondok-pondok kecil, di mana setiap pondoknya berisi 2 tempat tidur, ruang tv, dapur, 2 kamar mandi dan teras belakang, perumahan kecil mungkin adalah kata yang lebih tepat untuk melukiskannya. Tempat ini berada di lereng bukit yang hijau dan asri, setiap rumah mempunyai taman belakang masing-masing, di mana setiap orang di sini memanfaatkannya untuk berjemur sambil minum cocktail di musim panas..


Saya terbangun dengan sedikit terkejut pagi ini, suara alarm jam beker di meja samping tempat tidur terasa memekakkan telinga, sayapun segera bangun dan mematikannya. Jam menunjukan pukul 8 pagi, saya mencoba mengintip keluar melalui jendela kamar yang masih berembun, ehm.. masih agak remang-remang di luar sana, kaca di jendela yang sangat dingin dapat mengirimkan pesan bahwa udara di luar sana pasti cukup dingin. Iya sekarang memang sedang musim dingin, biasanya matahari akan keluar dari peraduan sekitar jam 8, tetapi mengapa pagi ini sang surya masih malas keluar ya..


Sejenak saya termenung, mencoba mengingat-ingat mengapa saya memasang alarm sepagi ini, biasanya saya bangun jam 8 untuk berlatih, akan tetapi sekarang ini hari Jum’at, artinya EHC Norad akan berlatih sore hari, so kenapa saya pasang alarm jam 8 pagi, “ah.. betapa bodohnya diriku”.. gumam saya dalam hati sambil kembali masuk ke dalam selimut tebalku. Belum sempat saya memejamkan mata, tiba-tiba saya teringat sesuatu yang membuat saya sontak bangun dari tempat tidur saya..


Wah.. pagi ini saya ada janji dengan Franz dan istrinya, mereka berdua akan mengajak saya ke sebuah pasar tradisional Asia yang hanya ada setiap hari Jum,at. Seketika saya melompat dan bersiap-siap, pagi ini saya malas sekali untuk mandi, maka cuci muka dan gosok gigi adalah pilihan yang paling tepat, sedikit deodoran dan sentuhan body mist di sana-sini, akhirnya saya terlihat cukup fresh pagi ini he he he..


Sebelum pergi, saya sempat melirik ke kamar Michael Pao (Teman se-apartement saya), masih tertutup rapat rupanya, mungkin dia masih tertidur pulas. Rumah Franz hanya beberapa blok dari sini, saya menuju rumahnya dengan mengendarai sepeda. Saya cukup bersemangat pagi ini, karena Nyonya Franz banyak bercerita bahwa di pasar Asia nanti, saya akan banyak menemukan barang atau makanan yang mungkin akan mengobati kekangenan saya terhadap kampung halaman. Mengingat ini bulan kedua saya tinggal di sini, jelas cerita itu membuat mata saya berbinar..


Ternyata Franz dan nyonya sudah menunggu saya di depan rumahnya, dan kamipun segera berangkat. Perjalanan kurang lebih memakan waktu 20 menit, nama tempatnya saya sendiri sudah lupa, akan tetapi satu hal yang saya ingat adalah, pasar ini berada di perbatasan antara Belanda, Belgia dan Jerman. Tempat ini sebenarnya adalah tempat parkir, akan tetapi setiap hari Jum’at berubah fungsi menjadi sebuah pasar. Pasar di sini jauh dari bayangan saya. Di Indonesia nama pasar identik dengan becek, kotor dan bau. Di sini pasar ini tampak rapi, bersih dan teratur. Setelah memarkir kendaraan, kamipun mulai “bergerilya”..


Hal pertama yang membuat saya gembira adalah, terlihatnya bungkusan berwarna putih dengan ornamen merah dan kuning bertuliskan “Indomie goreng rasa ayam bawang”, hal berikutnya yang membuat saya hampir berteriak adalah tumpukan cabai merah besar yang nampak segar, wah.. rasanya sudah lama sekali saya tidak merasakan pedasnya cabai, walaupun sebenarnya cabai ini rasanya sedikit hambar/kurang pedas untuk ukuran orang Indonesia. Dan akhirnya sayapun berteriak kegirangan karena melihat tumpukan buah Momordica Charantia yang nampak hijau dan segar di pasar ini, saat itu saya begitu kesetanan bagaikan anak kecil yang dilepas di arena bermain Timezone. Sayapun sibuk kesana-kemari sambil sesekali menawar dengan bahasa Inggris yang belepotan. Nyonya Franz terlihat tersenyum melihat tingkah laku saya saat itu..


Setelah semua selesai, kamipun menyempatkan diri minum kopi sebelum akhirnya memutuskan pulang. Dalam perjalanan pulang, nyonya Franz sempat bertanya kepada saya “Mau kamu apakan semua barang-barang itu, peng-peng…???”, “Bambang  Nyonya” sahut saya cepat,”What ever..” kata dia kemudian diteruskan dengan tawa kami bertiga (sudah 2 bulan saya di sini dan semua orang masih saja salah menyebut nama saya).”Semua ini nanti akan membuat *you and you* berlari terbirit-birit” kata saya bercanda,”oh,oke” sahut dia sambil tersenyum..


To be continued..