Seperti kita semua ketahui hari Minggu tgl 26 April kemarin, Persija Jakarta kembali bertanding dalam lanjutan Liga Indonesia. Setelah sekian lama tertunda, akhirnya para pemain Persija kembali dapat merasakan atmosfir sebuah laga resmi, suasana yang rasanya sudah lama sekali tidak dapat kami nikmati..



Ditengah berbagai permasalahan yang menimpa Persija akhir-akhir ini, sejujurnya saya sempat khawatir mengenai pertandingan melawan Arema Malang kemarin. Apa yang saya risaukan adalah kondisi mental dan psikologis para punggawa Persija. Mengapa demikian, dengan setumpuk permasalahan yang menimpa kami, mulai dari keterlambatan gaji yang menyentuh bulan ke-4, penundaan pertandingan yang berlarut-larut serta harus dimainkannya semua partai kandang Persija di luar Jakarta (karena alasan keamanan) jelas itu semua sangat menguras emosi serta mental para pemain..


Akan tetapi pada kenyataannya, semua apa yang saya khawatirkan itu tidak terjadi pada pertandingan malam itu, para pemain Persija menunjukan bahwa mereka adalah para profesional sejati, tidak nampak di sana bahwa sebenarnya kami membawa beban permasalahan yang cukup banyak di pundak kami, mereka tetap mampu berkonsentrasi dan bermain total demi panji Macan Kemayoran. Sebagai kapten tim, saya sangat beruntung karena dalam squad Persija musim ini banyak diisi oleh para pemain yang sangat matang secara mental, seperti Hendro Kartiko, Ponaryo Astaman, Aliyudin, Ismed Sofyan, Pierre Njanka, Aris Indarto, Abanda Herman dll. Kematangan mereka sedikit banyak mampu meredam gejolak permasalahan di dalam tim ini …


Dalam pertandingan itu sendiri, sebenarnya kami mempunyai kans yang cukup besar untuk memenangkan pertandingan. Terlepas dari beberapa keputusan wasit yang sangat merugikan kami (salah satunya tidak diberikannya hadiah penalti ketika pemain Arema menyentuh bola dengan tangan di dalam kotak pinalti), sebenarnya kami lebih pantas memenangkan laga yang dihelat di stadion Kanjuruhan tersebut. Apa lagi dengan kejadian gol ke-2 Arema yang menurut saya sangat menggelikan, berawal dari sebuah bola Fair Play pemain Arema bernomor 50 Boston Brown menceploskan bola ke gawang kami..


Akhir-akhir ini memang sering terlihat beberapa kejadian aneh yang terjadi dalam setiap laga Persija, yang jelas-jelas sangat merugikan kami. Hal-hal tersebut sering dikaitkan dengan beberapa rumor yang santer terdengar bahwa ada pihak-pihak yang sengaja ingin menggagalkan Persija musim ini. Secara pribadi saya tidak perduli dengan itu semua, karena pada pandangan saya “Tidak ada yang mampu menghalangi Kehendak-NYA”. Kita manusia hanya bisa berencana dan berusaha, pada akhirnya yang Diataslah yang menentukan…


Kami memang tidak mampu memenangkan pertandingan dan hanya mampu membawa 1 point dari pertandingan tersebut. Akan tetapi dari apa yang para pemain Persija perlihatkan malam itu, saya rasa mereka pantas mendapatkan apresiasi yang positif dari para pendukung serta management Persija Jakarta. Di tengah permasalahan di luar lapangan yang menimpa kami, kejadian-kejadian janggal selama pertandingan, menghadapi tekanan dari ribuan supporter tuan rumah serta harus bermain dengan 10 orang dari menit ke 16 setelah Pierre Njanka di ganjar kartu merah, bahkan kami harus mengakhiri pertandingan dengan 9 pemain karena Greg Nwakolo juga mendapatkan kartu merah dengan alasan yang samar-samar. Jelas itu semua bukan perkara yang mudah, akan tetapi sekali lagi malam itu kami memperlihatkan bahwa kami adalah para profesional sejati dan tetap berjuang sampai peluit akhir dibunyikan…


Hal yang paling penting adalah apa yang kami perlihatkan malam itu dapat menyampaikan pesan yang jelas kepada pihak-pihak yang disinyalir ingin mengganjal Persija Jakarta untuk meraih sukses, bahwa kami Persija Jakarta adalah MACAN.. MACAN KEMAYORAN…!!!!


TETAP BERJUANG…!!!! TETAP SEMANGAT….!!!!