Wasit berjalan 12 langkah
Dengan sorot mata tajam ia menunjuk ke tanah
Seketika waktu pun berhenti sejenak
Hening bersambang tak dapat dielak
Seorang algojo berdiri tegap dan bersiap
Kemudian bola dipeluk dan dicium agar menjadi jinak
Deras kucur keringat sesekali coba diusap
Di saat seperti ini, siap tidak siap, ya harus Grak
Silang pendapat terjadi dalam alam bawah sadar:
Mau kemana?
PJKA saja
Perusahaan Jawatan Kereta Api?
Bukan
Jadi apa?
Po Jok Kanan Atas.
Jangan, terlalu beresiko, gawang kan hanya dari sandal
Terus bagaimana?
BDMT saja
Yang rumusnya: berat basah x (1 - kadar air) ?
Bukan
Jadi apa?
Bawah Datar Mepet Tiang.
Jangan, terlalu beresiko, lapangan kan becek dan tergenang
Priiiittt,
Suara dari mulut wasit menggelegar
Jadinya bagimana ini?
Udah GBRP aja.
Apa lagi itu?
Gas Blong Rem Pol
Heh, kebalik itu Cuk
Ah sudah lah, embat saja sekenceng-kencengnya
Dhuarr
Bola plastik pun melesat dengan kencang
Kiper terjengkang dan menggelepar di tanah
Gooollll, gemuruh suara tonggeret memecah lengang
Bertelanjang dada mereka merayakan dengan senyum merekah
Tiba-tiba merdu suara adzan Maghrib berkumandang
Gawang dari tumpukan sandal pun segera diangkat
Mereka berkemas dan bergegas pulang.
Meninggalkan kenangan di antara remang malam yang mulai beringsut merapat
Ah, itulah keindahan sepak bola yang sesungguhnya.
Tanpa intrik, politik, dan segala dramanya….
Jakarta, 2025