Pagi ini tanggal 22 Mei, setelah bangun tidur seperti biasa saya menyempatkan diri untuk menikmati secangkir teh panas tanpa gula sambil membaca koran di halaman belakang rumah. Setelah sekian lama saya menghuni asrama Timnas, akhirnya hari ini saya kembali bangun pagi di kediaman saya tercinta. Minum secangkirtehi dan membaca koran di pagi hari adalah kebiasaan saya di pagi hari, yang hampir tidak pernah saya nikmati selama saya berada dalam TC Timnas. Karena setiap pagi setelah bangun tidur, kami langsung menuju tempat latihan. So pagi ini terasa luar biasa bagi saya..


Seperti kita semua ketahui, semalam Timnas Indonesia melakukan partai ujicoba melawan Raksasa Jerman Bayern Munchen. Dan sebagaimana kita ketahui bersamai, hasil pertandingan semalam adalah 1;5 untuk Bayern Munchen. Pagi ini rasanya saya ingin sedikit membuat coretan tentang pertandingan semalam, pertandingan yang menurut saya secara hasil memang kurang begitu baik. Akan tetapi jika kita cermati lebih dalam, seharusnya kita mampu banyak belajar dari pertandingan semalam..


Menurut pendapat saya, seharusnya kita mampu tampil lebih baik dari apa yg kita suguhkan semalam. Tercatat hampir semua gol Bayern berawal dari adalah kesalahan pemain kta sendiri, dan dalam sepakbola modern kesalahan sekecil apapun akan berakibat gol bagi gawang kita, dan itu yang kita dapat semalam…


Kesalahan-kesalahan elementer yang banyak kami lakukan, membuat lawan leluasa dalam mengembangkan permainan dan mencuri gol. Contohnya adalah gol ketiga Bayern yang berasal dari tendangan bebas. Mereka melakukan secara sangat cepat, sehingga kami terkesan belum siap dan hanya bisa melihat Jendri kembali memungut bola dari dalam jaring..


Saya tidak ingin mengomentari kesalahan-kesalahan punggawa Timnas yang lain, karena saya rasa kekalahan dan kemenangan sebuah tim adalah milik bersama, sehingga tidak bijaksana rasanya jika kita mengarahkan telunjuk kepada satu persatu individu. .


Akan tetapi pada kesempatan ini, ingin rasanya saya mengomentari permainan  saya sendiri secara individu. Dalam pertandingan semalam, terlalu banyak kesalahan mendasar yang saya lakukan, baik dalam situasi bertahan maupun saat tim sedang menyerang. Terlalu banyak hal-hal yang biasanya dapat saya lakukan dengan mudah, akan tetapi tidak berjalan secara baik semalam. Contoh kecilnya adalah passing, kontrol dan penempatan posisi saya yang sering salah dalam pertandingan kemaren..


Menurut analisa saya, tercatat 2 peluang emas yang seharusnya mampu saya maksimalkan menjadi gol, yang pertama ketika saya berhadapan langsung dengan Oliver Kahn di babak pertama, dan yang kedua saat tendangan saya mengenai perut Michael Rensing di paruh kedua. Dan dari 5 Gol Bayern, 2 gol menurut saya murni kesalahan saya..


Saat saya berhadapan dengan Oliver Kahn dalam situasi 1 lawan 1, sejujurnya saya sempat kaget, karena saat saya masih berkonsentrasi mengejar bola dan membuat posisi badan saya positif menghadap ke arah gawang. Kemudian saat saya melihat ke gawang, Kahn sudah berada sangat dekat dengan saya, dia berhasil menutup gawang secara cepat dan sempurna, sehingga saya kesulitan untuk meletakkan bola ke sisi sebelah mana. Saya mencoba meletakkan bola ke tiang jauh tetapi masih mengenai kaki kirinya..


Sedangkan peluang kedua saat berhadapan dengan Rensing, saya hanya mencoba menembak bola sekeras mungkin ke arah gawang, karena sejujurnya saya tidak sempat melihat posisi Rensing berada di mana, tetapi sayang tendangan saya masih mengenai perut Rensing..


Mengenai gol pertama Munchen yang di cetak oleh Breno Borges, saya mengklaim bahwa itu murni kesalahan saya. Saat tendangan bebas terjadi saya bertugas mengawal Breno Borges yang memang berbadan tinggi besar. Karena Breno jauh lebih tinggi dari saya, maka saya memberi jarak 1,5 meter, agar saya mempunyai ancang-ancang /awalan untuk berduel dengannya. Tetapi disaat saya sedang mengawasi pergerakan Breno saya tidak sadar bahwa ternyata bola sudah ditendang, dan ketika saya menoleh, bola sudah dekat mengarah ke Breno sehingga saya terlambat bereaksi..


Saat itu saya hanya berusaha sebisanya melompat dengan tujuan mengganggu akurasi sungulan Breno, tetapi sayang bola sudah terlanjur mengarah ke gawang. Dan kesalahan terakhir saya adalah gol ke 5 Bayern yang berawal dari kesalahan saya mengontrol bola di daerah pertahanan Munchen, sehingga mereka mampu melakukan serangan balik dengan cepat dan mencetak gol. Walaupun saat gol tersebut terjadi sempat terjadi kesalahpahaman antara kiper dan pemain belakang sehingga pemain depan Bayern mampu membuat gol dengan mudah, akan tetapi awal mula mereka membangun serangan adalah karena kesalahan saya..


Setelah pertandingan saya merasa sangat kecewa, karena seharusnya saya mampu tampil lebih baik dari apa yg saya tampilkan semalam. Mungkin orang menilai saya bermain baik, karena berhasil mencetak 1 gol malam tadi, akan tetapi dengan kesalahan-kesalahan elementer yang saya lakukan pada pertandingan semalam, jelas gol itu terasa tidak ada artinya..


Terlepas karena mereka adalah Bayern Munchen yang memang mempunyai kelas tersendiri, setiap pemain tidak berhak untuk melakukan kesalahan-kesalahan elementer. Karena sekali lagi, dalam sepakbola modern kesalahan sekecil apapun akan berakibat gol. Jika saya harus fair menilai diri saya sendiri, “Nilai 5″ rasanya yang paling pantas saya dapatkan, dan itu artinya penampilan saya dalam pertandingan semalam adalah “MERAH”..


Itu yang membuat saya merasa sangat kecewa dan marah kepada diri saya sendiri. Sehingga setelah pertandingan saya tidak ingin berkomentar kepada siapapun, termasuk kepara rekan-rekan wartawan yang berada di Mixed Zone Stadion Utama Bung Karno..


Pada kesempatan ini, saya ingin memohon maaf kepada rekan-rekan wartawan, yang mungkin merasa kecewa dengan sikap saya semalam. Akan tetapi menurut pandangan saya dengan bercerita di blog ini, saya merasa mampu menumpahkan semuanya dengan lebih detail serta dapat menganalisa semuanya dengan lebih teliti..


Oh iya, mungkin satu hal yang sedikit membuat saya tersenyum dengan apa yang terjadi semalam adalah, disaat jeda babak pertama, saya sempat berjalan berdampingan dengan Oliver Kahn, saat itu kami sempat berbincang-bincang sedikit mengenai apa yang akan dilakukan Munchen setelah dari Jakarta. Ketika itu, saya bertanya apakah dia masih akan bermain di babak kedua nanti, dan dia menjawab tidak karena Rensing akan menggantikan dia pada babak kedua..


Di akhir pembicaraan saya memberanikan diri, untuk meminta baju mantan kiper terbaik dunia tersebut, kemudian dengan tersenyum dia pun melepas bajunya tepat di depan ruang ganti Munchen dan memberikannya kepada saya..


Di ruang ganti setelah pertandingan, Jendri Pitoy mati-matian merayu saya untuk menyerahkan baju tersebut dan akan menukar dengan apapun yang saya minta, akan tetapi saya pikir biarlah baju tersebut menambah koleksi pribadi saya, bersanding dengan jersey-jersey/kain laknat milik pemain-pemain yang lain, seperti Diego Klimovic dan Aroon Mokoena..


Selesai…