Ehmmm… Pagi ini saya terbangun sedikit terkejut, sinar matahari pagi yang masuk melalui celah-celah tirai jendela kamar membuat mata saya silau sehingga saya pun harus mengubah posisi tidur. Sekilas saya sempat melemparkan pandangan ke dinding kamar, dimana di sana terdapat sebuah jam dinding berwarna putih, waktu telah menunjukkan jam 8 pagi, seketika saya pun melompat bangun. “Wah sudah siang rupanya”, ya semalam saya memang tidur sangat larut, saya pun mencoba melihat ke halaman dari balik tirai dan suasana masih terlihat sepi, hanya seorang tukang kebun yang sedang merapikan rumput halaman yang memang terlihat lumayan agak panjang. Saya pun bergegas mandi agar badan ini terasa lebih segar karena saya akan ke kantor Mas Mirwan yang berada di depan rumah ini…


 


Pagi ini saya akan melakukan cek terakhir mengenai dokumen-dokumen serta perlengkapan apa saja yang harus saya bawa ke Belanda nanti. Setelah selesai mandi saya pun bergegas menuju kantor Mas Mirwan. Karena sekarang hari Minggu kantor terlihat sepi, hanya Mas Mirwan sendiri tengah duduk di sofa sambil berbicara melalui telepon dengan seseorang. Ketika melihat kedatangan saya dia pun berkata “Guten Morgen yonges, bagaimana sudah sarapan..?”, saya pun menyahut “pagi mas belum, Mas Mirwan sudah sarapan..?”,”wah kebetulan aku juga belum sarapan, kita sarapan di sini saja ya ntar biar dianterin” sahut dia, akhirnya kami pun sarapan di kantor sambil berbincang-bincang panjang lebar tentang bagaimana nanti di sana. Mas Mirwan banyak memberi saran dan nasehat kepada saya tentang bagaimana hidup di negara orang, diakhir pembicaraan dia berkata “Ok sebaiknya kamu sekarang mengemas segala sesuatu yang sekiranya kamu perlukan di sana, pesawat kamu berangkat jam 5 sore, jadi kira-kira jam 2an kita jalan dari sini, dan jangan lupa semua dokumennya, oh iya jangan lupa baju dingin bawa agak banyak ya soalnya di sana lagi dingin, kira-kira 5 sampai 10 derajatan lah..” “Siap boss..” sahut saya sambil berjalan menuruni tangga untuk kembali ke kamar..


Siang itu saya sibuk mengepak barang yang sekiranya saya perlukan di sana nanti diantaranya baju, celana, jaket, kaos tangan, sepatu kets dan sepatu bola tentunya. Saya sangat beruntung karena semua barang yang saya bawa disediakan oleh Nike, sehingga saya tidak perlu membeli untuk itu semua. Setelah semua selesai saya sempat tidur sebentar sebelum akhirnya saya bangun dan bersiap untuk berangkat ke bandara, jam 13:30 saya dan Mas Mirwan sempat minum teh di tepi kolam renang, Mas Mirwan sempat melakukan cek terakhir dengan menanyakan beberapa hal untuk memastikan tidak ada yang tertinggal, setelah memastikan semua sudah saya bawa kami pun berangkat menuju ke Bandara..


Sesampainya di bandara kami pun langsung melakukan check-in, saat check-in saya dipandu Mas Mirwan dan saya pun memperhatikan secara sangat seksama karena nantinya saya akan melakukannya sendiri, setelah bagasi sudah masuk dan mendapatkan boarding pass, kami pun berjalan menuju pintu imigrasi keberangkatan. Sebelum kami berpisah, Mas Mirwan sempat berkata “Yonges ini boarding passnya, ini ada 3 boarding pass untuk di Jakarta, Singapore dan Amsterdam jadi kamu tinggal menyamakan waktunya saja dan jangan sampai terlambat serta ingat jangan pernah takut bertanya jika ada yang kamu tidak tahu, anggap saja ini liburan sambil berusaha so enjoy your trip, aku akan memantau dari sini, oh iya ini ada beberapa uang Dollar just in case kamu mau beli sesuatu selama perjalanan..” “wah terima kasih Mas nanti sampai di sana saya akan telepon Mas..” kata saya, setelah bersalaman saya pun berjalan menuju petugas imigrasi Bandara International Soekarno-Hatta..


Perjalanan dari Jakarta ke Singapura kurang lebih 1 jam 45 menit, pesawat KLM yang saya tumpangi ini tampak kosong hanya sekitar 25 orang yang berada di pesawat ini, selama di pesawat saya tertidur pulas sehingga saya pun melewatkan sajian menu makan di pesawat ini, saya terbangun setelah seseorang menepuk pundak saya yang ternyata seorang pramugari, dia berkata bahwa pesawat sudah hampir mendarat sehingga sandaran kursi saya harus di tegakkan kembali seperti semula. Di bandara Changi saya mempunyai waktu transit sekitar 1 jam sebelum pesawat kembali berangkat menuju Amsterdam, hal pertama yang saya cari di Changi adalah toilet karena saya merasa ingin buang air kecil, toilet di bandara ini terlihat sangat rapi dan bersih berbeda jauh dengan apa yang terlihat di Soekarno-Hatta. Saat selesai buang air kecil saya sempat kebingungan saat akan menyiramkan air, karena memang tidak ada tombol di situ, yang ada sebuah lubang berbentuk segi empat kecil berlapis kaca yang di dalamnya terdapat lampu kecil berwarna merah yang berkedip-kedip. Saya berusaha memencet berkali-kali akan tetapi air tidak juga keluar, karena tidak juga keluar air akhirnya saya pun beringsut pergi dan baru 2 langkah saya berjalan air tiba-tiba keluar dengan sendirinya, oh ternyata toilet di sini menggunakan sinar infra merah sebagai sensor sehingga ketika seseorang yang sudah selesai dan pergi, toilet ini akan menyiramkan air dengan sendirinya, he he he saya pun terawa sindiri betapa bodohnya saya. Untung di dalam toilet ini hanya ada saya sendiri..


Perjalanan dari Singapore menuju Amsterdam kurang lebih memakan waktu 12 jam. Setelah memasuki pesawat dan duduk di kursi sesuai dengan boarding pass saya pun  berdoa semoga perjalanan panjang saya ke Amsterdam ini berjalan lancar dan aman serta selamat sampai di tujuan. Pesawat ini terlihat penuh, ternyata banyak penumpang yang menaiki pesawat dari Singapura. Kursi saya berada di dekat jendela dan memang saya yang meminta kepada Mas Mirwan saat check-in di Jakarta. Karena dengan duduk di dekat jendela saya bisa menikmati pemandangan di luar ketika pesawat take off maupun landing, apalagi penerbangan ini di malam hari sehingga kilauan lampu rumah dan gedung di bawah sana terlihat seperti kunang-kunang yang berterbangan sangat indah. Di sebelah saya duduk sepasang suami istri yang keduanya lumayan gemuk dan dari logat bicaranya sepertinya mereka orang Belanda, kami sempat bertegur sapa sebentar sebelum akhirnya mereka sibuk dengan buku bacaan mereka masing-masing, sedangkan saya mulai membuka buka majalah travel guide yang memang selalu disediakan di pesawat. Pesawat pun mulai bergerak dan perlahan-lahan mulai berlari kencang membelah runway bandara Changi, Singapura. Betul sekali dugaan saya ketika pesawat mulai naik, pemandangan kota Singapura terlihat luar biasa catik, negara yang hanya terdiri dari 1 kota ini terlihat begitu eksotis dengan taburan lampu-lampu yang tersusun acak seperti bintang-bintang yang terlihat dekat, luar biasa..


Setelah pesawat mencapai ketinggian 40 ribu kaki hidangan makan malam pun disajikan, wah ini yang saya tunggu, karena tadi saya belum sempat makan sehingga saat ini saya memang sangat lapar. Akan tetapi ketika saya membuka makanan yang disediakan apa yang saya temukan tidak sesuai dengan apa yang saya harapkan, yang ada hanya salad, sepotong daging ayam dan beberapa potong roti beserta keju, sedangkan sebagai seorang Jawa tulen saat lapar seperti ini saya mengharapkan nasi yang terhidang karena seperti orang Jawa kebanyakan mengatakan, seperti belum makan kalau belum berjumpa nasi ketika makan, apalagi jika nasi panas tersebut berjumpa dengan sambal terasi dan ikan asing whuiih.. Joss gandos kalau orang Getas mengatakan he he he. Akan tetapi karena saya memang sangat lapar akhirnya saya makan juga semuanya walau dengan sedikit mengerenyitkan dahi ketika menelannya karena memang rasanya sedikit aneh di lidah saya. Semakin lama semakin dingin udara dalam pesawat ini sedangkan saya hanya menggunakan baju kaos lengan pendek, kemudian saya pun mengambil selimut yang memang sudah disediakan untuk menyelimuti badan saya yang mulai kedinginan. Sepasang suami istri di sebelah saya sudah tertidur pulas, bersama sebagian besar penumpang yang lain. Karena udara yang dingin saya pun terasa ingin buang air kecil, untuk ke toilet saya harus melewati 2 orang yang duduk di sebelah saya sedang mereka sekarang sedang tertidur pulas, untuk melompati mereka rasanya tidak mungkin saya lakukan, akan tetapi jika harus membangunkan mereka rasanya saya juga tidak berani, di saat itulah penderitaan itu berawal, di saat udara yang semakin dingin, saya harus menahan kencing yang entah sampai berapa lama saya harus menahannya, dan disaat itulah saya menyesal mengapa memilih tempat duduk di dekat jendela. Keindahan suasana lampu hanya terjadi saat take off dan landing saja sedangkan penderitaan yang saya alami ini entah sampai kapan harus saya jalani. Saya berusaha mengumpulkan semua keberanian saya untuk sekedar menepuk pundak penumpang sebelah saya untuk memohon permisi, akan tetapi melihat kepulasan mereka tertidur membuat saya mengurungkan niat saya tersebut. Dan akhirnya saya pun harus tertidur dengan membawa penderitaan itu, saya hanya berharap agar saya tidak sampai kencing di celana selama saya tidur nanti..


 


TO BE CONTINUE..