Seperti yg kita semua ketahui bersama, beberapa waktu yg lalu permainan saya tengah berada pada titik paling nadir, hal itu mengakibatkan banyak sekali kritik silih berganti datang menyapa diri saya. Hal tersebut banyak di sampaikan melalui akun twitter saya @bepe20, maupun email info di situs pribadi saya. Sesungguhnya kritik dan saran dari berbagai pihak tersebut sangat berguna dan bagus bagi diri saya pribadi…


Mengapa..?? karena banyak diantaranya sesungguhnya bermaksut baik walaupun memang terkadang sedikit pedas. Kritik dan saran tersebut, tidak lebih dari cara masyarakat mengapresiasi penampilan saya secara jujur dari lubuk hati mereka yg paling dalam. Dan hal tersebut harus saya hargai…


Kritik dan saran tersebut, pada dasarnya adalah bukti dari kecintaan masyarakat terhadap diri saya, bukti ke takutan masyarakat akan kehilangan diri saya, serta bukti dari perhatian maupun keprihatinan masyarakat akan penampilan, yg saya tunjukkan akhir-akhir ini…


Akan tetapi di sisi lain, ada juga beberapa penilaian yg menurut saya sedikit salah kaprah, sehingga harus saya jelaskan disini. Sebagian orang menyangkut pautkan kegagalan saya bermain baik dan mencetak gol selama 2,5 bulan tersebut , dengan kebiasaan saya bermain twitter, kebiasaan saya menulis artikel, kebiasaan saya hadir di beberapa acara sosial yg kebetulan juga di hadiri oleh beberapa public figure, serta kesibukan saya dalam pemotretan, promosi maupun pembuatan beberapa iklan yg saya bintangi (Mereka menilai saya sok ngartis hehe )…


Mungkin anda benar, jika saya harus lebih fokus pada pekerjaan utama saya sebagai pesepakbola. Akan tetapi anda juga harus ingat, bahwa saya bukanlah pesepakbola yg baru setahun atau dua tahun bermain sepakbola. Dengan kata lain, saya tahu betul kapan saat saya harus membagi waktu antara pekerjaan, keluarga dan kegiatan-kegiatan saya dalam bersosialisasi dengan masyarakat…


Sejujurnya, saya hanya tidak ingin terbelenggu oleh tembok-tembok yg mengitari kehidupan saya. Sebagai seorang pribadi saya juga berhak bersosialisasi dengan siapapun dalam kehidupan ini. Kegiatan-kegiatan yg saya lakukan selama ini (Diluar dunia sepakbola tentunya), saya lakukan untuk membuka wawasan saya terhadap dunia luar, dunia yg dahulunya terasa asing atau bahkan aneh dimata saya…


Twitter contohnya, twitter membuat saya dapat berinteraksi dengan masyarakat secara terbuka (baik yg suka maupun yg tidak suka dengan diri saya). Twitter membuat kita membuka diri terhadap kritik, saran serta masukan dari pihak manapun, secara langsung. Twitter juga membuat kita mengetahui perkembangan berita secara cepat dari berbagai penjuru dunia, yg tentunya akan menambah wawasan kita…


Di twitter pula, kita dapat mengetahui cara berpikir maupun bertindak dari orang-orang besar, karena pada kenyataannya banyak sekali orang-orang sukses yg membagikan ilmunya melalui tweet-tweet mereka. Intinya dengan bermain twitter kita dapat belajar banyak hal baru dalam kehidupan ini…


Mengenai kebiasaan saya menulis, apakah ada yg salah dengan hal tersebut..?? Saya rasa tidak. Seperti yg pernah saya kemukakan sebelumnya, bahwa tujuan saya menulis adalah:


“Untuk memotivasi diri saya pribadi. Karena melalui tulisan, saya mampu membangkitkan memori-memori yg membuat saya sampai di titik dimana saya berdiri saat ini. Dan itu mampu memotivasi diri saya untuk terus berusaha menjadi lebih baik lagi”


Menulis adalah salah satu ke kegiatan yg menyenangkan dimata saya, dan syukur-syukur jika tulisan saya bermanfaat bagi orang-orang yg membacanya, terutama bagi para pemain muda yg kebetulan berkecimpung di dunia yg sama dengan diri saya. Lagipula saya melakukannya (menulis) hanya di saat-saat senggang saja…


Mengenai keterlibatan saya di dalam beberapa kegiatan sosial, ini juga merupakan hal yg semestinya tidak perlu di perdebatkan. Secara pribadi saya malah sangat berterima kasih kepada beberapa rekan, yg memberi kesempatan  kepada saya untuk turut berpartisipasi dalam dunia sosial tersebut, salah satunya adalah saudara Pandji Pragiwaksono (Pribadi yg luar biasa menurut saya, suatu saat nanti saya akan menulis tentang manusia yg satu ini)…


Jujur saja, saat pertama kali Pandji mengajak saya mengunjungi anak-anak penderita kanker di RS Dharmais, saya merasa sangat tersentuh dan bahkan hampir meneteskan air mata. Mengingat saya sendiri juga mempunyai 3 orang putri yg relatif masih kecil-kecil…


Hal tersebut membuat saya, sebisa mungkin ingin terlibat lebih jauh lagi. Sehingga dalam keterbatasan waktu yg saya miliki, saya selalu berusaha untuk hadir, guna memberi support setiap anak-anak tersebut mengadakan kegiatan…


Mengenai dunia periklanan yg juga saya rambah, ehm.. untuk hal yg satu ini saya selalu berusaha untuk seselektif mungkin dalam memilih product dan jumlah product yg saya wakili. Contohnya, saya berusaha untuk bekerja sama dengan maksimal 2 product dalam satu waktu (agar tidak mengganggu dan berbenturan dengan jadwal saya sebagai pesepakbola) , dan sebisa mungkin product tersebut juga mempunyai visi dan misi yg sama dengan diri saya, yaitu memajukan sepakbola tanah air…


Dan satu hal yg paling penting, apapun kegiatan yg akan di lakukan, harus menyesuaikan dengan program kerja saya sebagai pesepakbola. Satu hal yg pasti, pekerjaan saya sebagai pesepakbola tetaplah yg paling utama. Seperti yg selalu saya tekankan, jika saya selalu ingin di kenal sebagai pesepakbola bukan sebagai orang lain, apapun itu…


Mengingat segalanya berawal dari sana, dan saya akan selalu berusaha tetap di jalur tersebut, setidaknya sampai saatnya nanti saya “Mati sebagai pesepakbola” (Gantung sepatu)…


Dalam sebuah interview dengan David walsh untuk Sunday Times pada th 2006, Eric Cantona  pernah berujar ;


“When you are a footballer, you do something very public, you do it because it is a passion and you fell alive when you’re doing it. You fell alive also because people recognize you for the job you do. Then you quit and it’s like a death. A lot of footballer are afraid and that is why they go on TV to speak about the game. They do it for themselves, it is important because it helps them to fell alive again, to deal with their fears about his death” - Eric Cantona -

Seperti yg saya sampaikan di awal tadi. Berbagai hal di luar sepakbola tadi, saya lakukan agar saya tidak terbelenggu dengan sebuah kehidupan yg monoton sebagai pesepakbola. Disamping itu, hal-hal tersebut diatas membuat saya belajar mengenai dunia yg lain, sebuah dunia yg mungkin saja akan saya geluti setelah saya pensiun nanti..


“Tidak ada seorangpun yg mampu berdiri di tempat yg sama selamanya dan Tidak ada sesiapa di dunia ini yg mampu menjadi nomer satu untuk selamanya”


Ketika saatnya tiba, orang itu harus memberikan tempat tersebut kepada orang lain atau generasi yg lebih muda. Itu adalah hukum alam, yg mau tidak mau harus dijalani…


Saya memang Insya Allah belum akan “Mati sebagai pesekbola” dalam waktu dekat, akan tetapi saya rasa tidak ada salahnya, jika saya juga mulai mengasah atau mendalami passion saya di bidang yg lain, selain menjadi pesepakbola…


Karena, selain akan membuat diri saya selalu tertantang untuk menggali kemampuan saya yg lain, “Mungkin” passion saya di bidang yg lain tersebut, nantinya akan menghidupi saya, setelah saya memutuskan untuk berhenti dari dunia si kulit bundar, sekali lagi “Mungkin”…


Seorang jurnalis The Guandian (UK) bernama Amelia Gentleman, dalam kolom nya pada th 2003, pernah menulis sebagai berikut ;


“If you only have one passion in live - and pursue it to the exclusion of everything else - it become very dangerous. When you stop doing this activity, it is as though you are dying. The death of that activity is a death in it self. Often they are players who have only football af a way of exspressing themselve and never develop other interests. And when they no longer play football, they are no longer do anything ; they are no longer exist, or rather they have the sensation of no longer existing. - Too many players think they are eternal” - Amelia Gentleman -


Sekali lagi, permainan sepakbola saya tidak pernah terpengaruh dengan kegiatan-kegiatan di luar dunia sepakbola yg saya lakukan selama ini. “Prioritas hidup seseorang akan berubah seiring dengan berjalannya waktu” begitu pula dengan diri saya…


Akan tetapi apapun perubahan itu, sepakbola akan selalu menempati posisi utama di dalam hati saya. Bagi saya, hanya ada satu hal yg mampu mengalahkan sepakbola dalam hidup saya, yaitu kecintaan saya terhadap keluarga. Karena sejatinya, apapun yg saya lakukan selama ini hanyalah untuk mereka, orang-orang yg saya cintai. Karena..


“Bagi saya keluarga diatas segalanya”…


Selesai…